Monday, April 23, 2018
Semoga Jokowi Gak Jadi Presiden Periode 2019 - 2024
Salam Metal! Menang Total. Begitu pekik Jokowi ketika partai penguasa melalui hak preoregatif Bu Mega sebagai Ketua Umumnya memberinya mandat untuk dicalonkan sebagai presiden periode kedua. Tapi, yakinkah saya dengan pekikan ini? Menurut semua survei terbaru mungkin saja. Tapi menurut saya, lebih baik Jokowi tidak jadi presiden periode kedua ini.
Sebelum saya dicaci baik pendukung Kampret dan Cebongers ada baiknya mengetahui latar belakang saya menulis ini. Sudah lama saya tidak bermain sosmed semacam facebook atau twitter apalagi instagram, sejak saya menikah pada tahun 2011 silam sampe sekarang. Sempat punya path tapi krena kurang sreg yasudahlah praktis saya tidak punya sosial media aktif kecuali apllikasi percakapan online you name it lah saya punya semuanya, kecuali wechat yang sudah uninstal sejak 2016 karena terindikasi ajang promo ihik ihik.
Dulu saya delete account FB, Twitter, Path, bukan karena saya benci yahudi atau saya nggak suka kaum bermata sipit (kecuali di JAV) atau saya anti kaum kafir lainnya yang notabene pencipta hampir semua aplikasi chat dan medsos. Saya gak pakai lagi karena komitmen saya untuk menjaga harkat martabat saya dan keluarga sebagai pasangan yang sakinah mawaddah warahmah sesuai doa doa dan janji waktu menikah.
Kami sepakat bikin satu join akun untuk jualan. Iya, istri saya sebagaimana wanita lain diseluruh penjuru indonesia pasti tak ingin kalah berpartisipasi menggalakkan perdagangan daring ini. Sebagaimana sabda Rasulullah SAW bahwa 9 dari 10 pintu rejeki datang dari jalur niaga. Maka akhirnya punya 1 akun FB yang sekarang nggak aktif krena permasalahan umum dunia yaitu lupa passwordnya dan satu akun instagram untuk jualan. Pada masa itu alhamdulillah karena produk yang dijual juga semakin meningkat maka profil akun di instagram mulai banyak follower dan memfolow banyak sumber inspirasi jua, iya Hamish dan Raisa juga kok.
Tapi keputusan kami itu terbukti tepat sekarang. Saya yang tiap hari browsing baik di portal berita maupun di di IG kok ada sesuatu yang aneh. Hampir semua berita di IG itu berasal dari portal berita atau medsos lain. Nah di IG ini baru diolah untuk kemudian dibumbui agar lebih menarik. Jadi setelah baca berita dan karena saya seorang netizen nyinyir kelas profesional maka pasti gatal rasanya ingin komen, atau paling minim ngedumel dalam hati saja. Tapi begitu lihat kolom komen dibawahnya, maka keinginan komen itu akan hilang dengan sendirinya. Pertama jika bukan karena ada orang lain yang komen dengan hal yang kurang lebih sama, atau netizen lain yang kontra dengan amat dahsyatnya. Perburuan berita sekarang jadi perburuan komen. yang Isinya kurang lebih seperti ini;
Jika berita itu tentang suatu hal yang negatif (sebagian besar tentang ekonomi dan pembangunan) itu kemungkinan besar ada andil Jokowi dalam tragedi tersebut. Isu terkini sebut saja impor beras, gizi buruk asmat, ambrolnya konstruksi tol yg belum jadi dan lainnya sila browsing sendiri mylov. Mari kita kupas 1 hal saja yang membuat saya percaya bahwa Jokowi harusnya gak jadi presiden periode kedua.
Impor beras.
Netizen yang mulia, kurang apa negara kita ini? Tanah yang begitu luas sampai sekitar 1,9 juta kilometer persegi atau sekitar 190 juta hektar. Tanahnya yang begitu subur sampai Koes Plus bilang tongkat kayu dan batu jadi tanaman. Dari luas tanah tersebut, menurut data Kementan 2017 sejumlah 15,788 juta hektar adalah luas sawah padi. Jika diasumsikan rata rata hasil panen satu hektar tersebut adalah 5 ton gabah meskipun ada beberapa varietas yang sampai 7 atau bahkan 12 ton per hektar, maka akan didapat 78,9 juta ton gabah kering tiap kali panen. Jika 60% dari gabah tersebut akan jadi beras maka ada 47juta ton beras. Jika setahun ada minim 2x panen berhasil. Krena asumsinya 1x panen kebanjiran, 1x panen kekeringan. Paling nggak 96juta ton beras. Jika dikonversi maka hasilnya adalah 96 milyar kilogram beras buat ngempanin 230jt rakyat endonesya setahun cukup nggak sih? Jika dibagi aja setiap orang dapat jatah 416kg beras pertahun. Emang tiap hari 1 orang makan 1kg beras? Belom lagi kids jaman now yg lebih micin eh suka roti dan keju dibanding nasi. Belom lagi yang makan jagung, singkong, gandum, sagu dll. Belum lagi yang puasa, baik puasa Ramadhan, mutih, ngebleng sampai puasa nglowong.
Tapi begitulah kita yg mulia netizen. Permasalahan beras langka ini sampai mengakibatkan kita impor beras sudah berlangsung sejak jaman dulu. Tentu saja kita tak menampik kita pernah juga jual pesawat dibayar beras. Ditambah catatan bahwa kita juga kita impor bahan pangan yang lain juga. Sebut saja gula, gandum, jagung, bahkan garam.
Kita lebih suka beli daripada buat sendiri, karena menurut saya pemikiran bahwa yang beli itu orang kaya, yang buat itu bukan orang kaya (petani). Ngapain susah menanam padi dan bahan makanan lain karena toh beli gampang saja.
Masalah impor beras ini, kita lebih suka beli beras dibanding menanam padi. Lebih suka kerja di pabrik daripada menanam padi. Lebih baik kerja di gedung, ruko, perkantoran, atau mall daripada menanam padi. Lebih suka keluar kampung untuk pergi ke kota daripada membangun desa. Lebih suka ongkang2 ngomentarin daripada berbuat nyata untuk negeri. Mana ada waktu kita sebagai netizen yg mulia untuk pergi ke sawah tiada ojek becek tiap hari sampe lecek dan jelek?
Tapi kan kami rakyat kecil nggak punya sawah lagi. Iya betul, bukan salah kita jika para pendahulu kita menjual sawahnya buat nyekolahin anaknya atau bangun rumah atau beli mobil. Iya untuk membuat kita lebih baik hidupnya katanya. Iya betul, biar kita sekolah tinggi tinggi buat jadi karyawan (jika tak mau dibilang kuli) atau jadi PNS jika beruntung.
Ini juga bukan salah pejabat besar, cukong2 berduit yang mengalihkan lahan pertanian beras jadi perumahan agar kita lebih civilized katanya.
Ini juga bukan salah para pedagang besar beras yang menimbun beras saat surplus dengan harga murah dan dijual saat beras langka. Harapannya kan biar kita gak kekurangan beras, netizen yang mulia.
Jangan khawatir saya juga salah satunya. Tapi yang penting adalah ini bukan salah kita netizen yg mulia.
Iya betul! Ini pasti karena salah presidennya yaitu Pak Jokowi. Jadii, biar ini gak jadi salah jokowi, maka saya sih berharap Pak Jokowi nggak terpilih lagi jadi presiden periode yang kedua. Biar presiden baru aja yang kita salahin.. karena netizen nggak mungkin salah. Maha benar netizen beserta sumpah serapahnya (tentu saja menurut mereka sendiri).