Thursday, June 9, 2011

untouchable goddes II

Hujan terus saja menyelimuti bumi dengan deras dinginnya..
“andaikan aku di surga, mungkin aku tak bahagia. Bahagiaku tak sempurna, bila itu tanpamu”
Terus saja terngiang lirik lagu itu. Memaksaku merindukan namamu..
“Ah, aku dulu pernah menyunting puisi untukmu”

Untouchable goddess

Lantas melentiklah engkau, karena gerakmu : batu
Yang karang adalah hatimu, nur adalah penuntunmu
Memberi kehidupan pada yang mati
Memberi sentuhan pada yang beku

Seperti beberapa tahun lalu, pagi itu hujan
Lalu engkau kirimkan pesan, “dingin”
Aku tak bisa mengeja apakah itu baik ataupun buruk
Tapi aku menggigil

Dejavu,

Mungkin belum cukup pertanda
Tapi rasa ini masih sama
Pun tak akan kucoba jejali atau sesali
Bahwa yang manis akan selalu kita yakini

Awal Mei ini ingin kutandai
Hujan tak mampu buatmu sembunyi..

Di akhir nanti pasti kulingkari
Janji ini tak pernah ingin kuingkari

Aku tiba-tiba ingin memotong kalender
Kujumpai engkau di akhir lipatan bulan
Smoga sempat kusaksikan engkau berpendar
Dan tertawa riang diatas ayunan..

…………hujan pagi awal bulan Mei, 2011.