Sunday, April 4, 2010

khusnuddzan

Karut marutnya permasalahan bangsa ini bukan merupakan sebuah akibat dari kurangnya pendidikan moral, etika maupun religi. Tidak kurang hampir minimal selama 12 tahun sejak dari pendidikan dasar kita sudah dicekoki dengan berbagai macam pelajaran yang memuat ilmu tentang kaidah hidup tersebut. Tak akan pernah kita sangkal ketika SD minimal kita akrab dengan pendidikan agama, juga PMP dua buah pelajaran yang mengasah sikap dan religiusitas kita dimasa yang akan datang.

Pendidikan agama yang ditanamkan sejak kecil akan membentuk pribadi yang religius, sekurang-kurangnya dari sekolah meski dalam kehidupan sehari hari campur tangan keluarga dan masyarakat dalam hal ini tentu saja berdampak cukup signifikan. Keluarga dan masyarakat adalah penentu kepribadian utama dalam kehidupan dewasa kelak. Sejak kecil kita telah diajari cara beribadah, mulai cara bersembahyang, beramal, melaksanakan kewajiban menjauhi larangan. Kita juga diceritakan kisah-kisah teladan, diajarkan bagaimana bersikap yang baik, mana yang benar mana yang salah, mana yang boleh mana yang tidak, mana yang baik mana yang buruk.

Di sekolah kita juga diajarkan pelajaran pendidikan moral pancasila. PMP ini adalah sebuah pelajaran falsafah hidup yang menurut saya paling ideal, karena apa, Pancasila sebagai falsafah moral bangsa merupakan penggabungan unsur religiusitas dan ideologi tengah. Tidak liberaris juga bukan sosialis apalagi komunis. Kita selalu mengambil jalan tengah. Jalan yang kita anggap terbaik, tidak memihak, yang disesuaikan dengan kultur kehidupan masyarakat Indonesia juga yang religius, gotong royong, tepo seliro, tidak neko-neko dll. Jadi ketika kita menemui kasus gayus tambunan, arthalita, ato yang lebih dulu kita kenal ada eddy tansil dll apakah kita mempunyai root kultur korupsi seperti itu?

Saya kok tidak pernah dengar yang namanya patih gajahmada korupsi, ataupun prabu hayamwuruk lengser karena kasus korupsi. Juga tak pernah saya tahu kalau Mulawarman maupun Purnawarman menerima suap. Pun tak ada cerita tentang tertangkapnya seorang koruptor dijaman Sriwijaya. Yang kita tahu ada seorang ratu (ratu Sima kalau tak salah) yang demikian adilnya sampai pundi emas yang diletakkan dijalanan saja tak ada yang berani mengambil. Juga pasti kita paham benar apa itu amukti palapa. Seorang pejabat yang karena tugas dan kewajibannya sampai berani meninggalkan/ menolak mewahnya dunia sebelum cita-cita kerajaan (tugasnya tercapai).

Kultur korupsi bukan budaya bangsa kita. Kultur korup kalau boleh saya bilang adalah kultur kolonialisme. Penjajahan atas bumi Indonesia, atas harga diri dan juga atas budaya luhur nusantara. Dimana kaum kapitalis memaksakan kehendaknya, untuk kepentingan materi mereka, sudah mengeruk kekayaan alam kita, mencekoki dengan budaya kolonial yang berujung pada pemenuhan kebutuhan material. Yang namanya raja atau pejabat pemerintahan harus menyerahkan upeti sebanyak-banyaknya agar dianggap berkinerja bagus, loyal, makmur. Perdagangan dimonopoli, hasil jerih payah rakyat kita dirampas atau lebih halusnya dibeli tapi dengan harga yang sangat murah, lalu dijual penjajah keluar dengan harga mahal. Banyak lagi contoh kebiadaban penjajah, yang tak akan habis kita kupas sampai sekarang.

Lalu apakah yang membuat akhir-akhir ini marak kasus korupsi di negeri tercinta ini? (ini sih bukan marak nank, korupnya ma dari dulu tapi ketahuannya sekarang2 ini karena lagi apes ajah hehehe) Saya yakin koruptor itu orang yang susah sekaligus juga mereka orang yang pintar. Karena apa? sebagaimana saya sebutkan diatas sejak dini kita memperoleh pengetahuan tentang moral dan agama jadi saya yakin benar para koruptor ini orang yang susah sejak kecil. Susah mencerna pelajaran moral dan agama, atau susah mempraktekkannya dalam kehidupan. Yang namanya hidup sederhana itu biasa di Indonesia, itu kultur masyarakat kita. Tapi karena pelabelan miskin, karena kultur kolonialis (barat) tentang materi, maka sekarang jarang ada orang yang bisa hidup sederhana. Pejabat kok sederhana ntar dikira miskin lagi.. :p

Lalu mereka pasti pintar, karena apa. Lha wong kita sejak dari kecil diajarkan pendidikan agama dan moral, bukan pelajaran korupsi, maka ketika dewasa dia korupsi saya mbok yakin mereka itu belajar otodidak. Susah loh untuk korupsi dan suap menyuap itu, sekarang baru nyari peluangnya, timingnya, mikirin caranya, lalu cara nyembunyiinnya gimana, belum kalo ketahuan nyiapin alasannya. Mana ada pelajaran dasar-dasar korupsi, Korupsi 1, Korupsi 2, atau praktek kerja korupsi. Tidak ada! Mereka itu pasti susah korupsi dinegara kita, orang masyarakat kita sejak kecil dicekoki dengan pelajaran moral dan agama.! wkwkkwk

Mereka pasti pintar bersandiwara, lihat saja anggota DPR yang sekarang kesangkut kasus suap pemilihan DGS BI, ada aja alasannya, ada yang bilang itu dana kampanye partai, ada yang bilang itu tunjangan akhir jabatan, ada yang bilang dana apa tidak tahu. Tapi anehnya diterima saja uangnya.. Hahahaha…. Kasian anak mereka kalau tanya gaji ayah/ibunya. Para dewan terhormat kita ternyata tidak pernah mendapat pelajaran korupsi, sehingga alasan konyol seperti itu masih dipakai. Tapi Saya yakin loh, kalau anggota dewan terhormat dari tingkat kabupaten sampai DPR itu anti suap, juga anti korupsi, karena pasti mereka pernah sekolah juga. Tahu sendiri masyarakat kita religius dan berPMP jadi, ya itu tadi.. hehe..

Kalau kata Gus Dur polisi yang tak bisa disuap itu cuma ada 2, jenderal Hoegeng dan polisi tidur, saya yakin Gus Dur cuma menyindir polisi saja. Saya yakin masih banyak polisi yang lurus, karena apa karena di akademi kepolisian tak pernah diajarkan Teknik Suap-Menyuap, yakin juga tak pernah diajarkan praktek Makelaran disana. Orang para polisi juga pernah sekolah dari SD sampai SMA yang notabene pasti dapat pelajaran agama dan PMP/ PPKN. Yakin deh susah banget untuk polisi disuap. Wkwkkwk..

Mari berkhusnudzan untuk bangsa ini, kasian sudah terlalu banyak yang menghujat. Kasian bapak-bapak koruptor kita udah korupsi, ketahuan, dipenjara (kalau gak ada duit) udah gitu dihujat lagi, belum ntar kalau mati. Disiksa masuk neraka, ckckckck… mengerikan… lagian kalau semua koruptor dimasukin penjara, siapa yang mau menjalankan roda pemerintahan??? Penjaranya seluas apa yaa? wkwkwkwk

Tapi kok saya tergelitik untuk kasih ide ya,

Gimana kalau mulai sekarang, kita saring jutaan anak-anak pintar di Indonesia, lalu disekolahkan di sekolah-sekolah khusus yang paling bagus sedunia, lalu diindoktrinasi dengan kultur budaya, sejarah Indonesia yang baik saja, diberi bekal iman dan taqwa, kejujuran, keberanian, tanggungjawab. lalu setelah lulus kuliah mereka semua ditarik ke Indonesia. Lalu kita wipe out satu generasi pemerintahan mulai dari aparat RT sampai Presiden, dari BPD sampai DPR pusat. dan kita mulai lagi pemerintahan baru dan kehidupan Indonesia yang bersih, jujur, adil, makmur sejahtera tapi tetep sederhana.

Jayalah Indonesia!

(sumpah saya nulis ini bukan karena tak kebagian kesempatan untuk korupsi, bukan pula putus asa, tapi saya tiba-tiba terbangun dari tidur karena mimpi buruk gara-gara sering baca dan nonton berita tentang korupsi di Negara kita tercinta)